2 Sep 2024, 11:26pm
Literasi Perjalanan
by

leave a comment

Patung Manggis & Patung Salak

Ini cerita tentang teman saya, sebut saja Budi berasal dari Gianyar, yang pada suatu hari mendapat tugas ke sekolah di wilayah Desa Subagan, Karangasem. Untuk memudahkan menemukan lokasi, kepala sekolah memberi ancar-ancar: Patung Salak belok kiri, tidak jauh setelahnya, sekolah berada di sebelah kanan jalan, dan jangan sampai masuk ke Kota Amlapura.

Berbekal ancar-ancar dari kepala sekolah, Budi berangkat dari Gianyar menuju Desa Subagan. Pada waktu itu belum jamannya smartphone dengan fasilitas Google Maps, sehingga untuk mencari sebuah lokasi kita hanya mengandalkan ancar-ancar, feeling, dan bertanya di sekitar jika merasa tersesat. Tiba di Desa Manggis, sudah memasuki wilayah Karangasem, Budi melihat Patung Manggis. Patung berbentuk buah manggis yang sangat besar, sebagai icon Desa Manggis. Di kepala Budi langsung terbentuk persepsi mengenai Patung Salak: patung berbentuk buah salak yang sangat besar.

Budi melanjutkan perjalanan, mencari patung berbentuk buah salak yang sangat besar. Belum terlihat, dan tetap tidak terlihat hingga dia memasuki Kota Amlapura. Karena ancar-ancar kepala sekolah jangan sampai masuk kota, Budi berbalik arah untuk mencoba kembali mencari Patung Salak. Masih belum terlihat. Budi berhenti di depan patung ibu cantik berkebaya. Dia bertanya kepada warga yang kebetulan ada di sekitar, mengenai lokasi Patung Salak. Tak diduga, warga menunjuk ke arah patung ibu cantik berkebaya, dan mengatakan bahwa itulah Patung Salak. Budi kaget. Setelah diperhatikan dengan seksama, ibu itu memang menjunjung keranjang penuh salak, serta tangannya juga membawa sedikit salak. Persepsi Budi tentang Patung Salak yang dipengaruhi bentuk Patung Manggis ternyata tidak sesuai. Jika saja Budi lebih literat, dia seharusnya bertanya kepada kepala sekolah tentang bentuk Patung Salak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *